Selasa, 19 Februari 2013

MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR

Motivasi belajar siswa merupakan  hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, tentu saja menjadi tugas dan kewajiban guru untuk senantiasa dapat  memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswanya. Meminjam pemikiran dari  USAID DBE3 Life Skills for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa di dalam kelas.

1.        Gunakan metode dan kegiatan yang beragam

Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi di dalam kelas. Cobalah untuk membuat pembagian peran, debat, transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan audio-visual dan kerja kelompok kecil

2.        Jadikan siswa peserta aktif

Pada usia muda sebaiknya diisi dengan melakukan kegiatan, berkreasi, menulis, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu dan menyelesaikan suatu masalah. Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Gunakanlah metode belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh siswa

3.        Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai

Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Buatlah tugas yang menantang namun realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar.

4.        Ciptakan suasana kelas yang kondusif

Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.

5.        Berikan tugas secara proporsional

Jangan hanya berorientasi pada nilai. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal. Gunakan mekanisme nilai seperlunya, dan cobalah untuk memberikan komentar atas hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang bisa mereka tingkatkan. Berikan komentar Anda secara jelas. Berkan kesempatan bagi siswa untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa belum cukup. Jangan mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak sesuai dengan Anda.

6.        Libatkan diri Anda untuk membantu siswa mencapai hasil
Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Bantulah siswa dalam mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau perkembangan mereka.

7.        Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
Jangan biarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya.

8.        Hindari kompetisi antarpribadi
Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingkan antara siswa satu dengan yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Ciptakanlah metode mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama.

9.        Berikan Masukan
Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negatif. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana Anda percaya bahwa seorang siswa bisa maju dan sukses di masa datang.

10.    Hargai kesuksesan dan keteladanan
Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan siswa Anda, akan lebih baik bila Anda memberikan apresiasi bagi siswayang menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa Anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.

11.    Antusias dalam mengajar
Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang penting untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila Anda terlihat bosan dan kurang antusias maka para siswa akan menunjukkan hal serupa. Upayakan untuk selalu tampil baik, percaya diri dan antusias di depan kelas.

12.    Tentukan standar yang tinggi (namun realisitis) bagi seluruh siswa
Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri mereka. Bila Anda mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat belajar dan memiliki minat yang tinggi, mereka cenderung akan bertindak mengikuti kehendak Anda. Anda harus yakin bahwa Anda mampu memberikan motivasi tinggi pada siswa. Pada awal tahun ajaran baru Anda harus menggunakan kesempatan agar seluruh siswa memiliki motivasi yang tinggi.

13.    Pemberian penghargaan untuk memotivasi
Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb, mungkin efektif bagi sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) namun metode ini harus digunakan secara hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetisi. Namun demikian, penggunaan metode ini dapat melahirkan motivasi internal.

14.    Ciptakan aktifitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan kawan-kawan mereka dalam satu kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.

15.    Hindari penggunaan ancaman
Jangan mengancam siswa Anda dengan kekerasan, hukuman ataupun nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, namun hal tersebut bisa memicu mereka mengambil jalan pintas (mencontek).

16.    Hindarilah komentar buruk
Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak siswa yang percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan membuat pernyataan yang negatif kepada para siswa di kelas Anda, berkaitan dengan perilaku dan kemampuan mereka. Anda harus selektif dalam menggunakan kata-kata dan berbicara dalam kelas. Apabila tidak hati-hati, kepercayaan diri siswa Anda akan mudah jatuh.

17.    Kenali minat siswa-siswa Anda
Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, namun mereka memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa Anda, bagaimana tanggapan mereka terhadap materi dan apa minat,cita-cita, harapan dan kekhawatiran mereka. Pergunakanlah berbagai contoh dalam pembelajaran Anda yang ada kaitannya dengan minat mereka untuk membuat mereka tetap termotivasi dalam belajar.

18.    Peduli dengan siswa-siswa Anda
Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang memiliki perhatian.  Perlihatkan bahwa Anda memandang para siswa sebagai layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal tersebut tercermin pada kemampuan Anda sebagai seorang guru. Cobalah membangun hubungan yang positif dengan para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana Anda memperkrnalkan diri Anda pada mereka. Sebagai contoh, ceritakanlah kisah anda ketika anda masih menjadi siswa.

Sumber : Wordpress.com / ( http://irvanhabibali.wordpress.com/2011/06/03/meningkatkan-motivasi-siswa-dalam-belajar/ )

Sabtu, 19 Januari 2013

Tutorial Wobble Bass Sytrus Default (FL STUDIO)

1. Klik kanan pada basic kick, pilih replace untuk efek sytrus. Jika sudah, lihat gambar no. 2
2. nah, klik kiri pada sytrus basic, lanjut gambar no. 3
3. Klik yang sudah di tandai lalu pilih efek default. Next gambar no. 4 skip ke no. 5
4. NEXT>>
5. Lihat MAIN lalu ubah PICTH dari atas hingga ke bawah.
6. Klik OP1 untuk di setting. Perhatikan yang di tandai, SH frekuensi, juga 2.0000x juga output yang sudah ditandai, lalu ubah. skip gambar no. 7 yang sudah diubah
7. Nah perhatikan frekuensi menjadi kotak/persegi dengan cara mengatur SH, dan 2.0000x menjadi 0.5000x, juga output di turunkan. ok OP1 sudah selesai. skip gambar no. 8 untuk merubah FILT1.
8. Perhatikan yang sudah di tandai. Klik CUT dan LFO. Lalu Perhatikan Output, dan Output F1. Skip gambar no. 9 yang sudah di ubah sebelumnya yang ada di gambar no. 8
9. Ok kalian hanya ubah Output dan Output F1, ubah Output dengan rendah. Perhatikan output F1 yang sudah di tandai, lalu fullkan output yang di tandai. nah kita lanjut guys gambar no. 10 yaitu merubah frekuensi CUT dan LFO. next>>
10. Drag yang sudah ditandai dan geser garis vertikal ke arah kiri, lalu paskan dengan garis merah yang horizontal,(sejajarkan). next>> gambar no. 11
11. Nah tarik lagi titik yang sudah ditandai, lalu geser/drag kearah kiri garis vertikal. Lalu sejajarkan garis merah horizontal. next>> gambar no. 12
12. Nah Klik kanan pada titik yang sudah ditandai, lalu delete titik tersebut, ok next>> gambar no. 13
13. Nah ini guy's frekuensi yang sudah berubah setelah kalian delete titik yang di tandai di gambar no. 12. Next>>
14. Ok guy's tahap terakhir kalian hanya klik tempo yang sudah ditandai. selesai.... selanjutnya untuk merubah speed wobble bass sesuai yang kalian mau, kalian lihat gambar no. 15
15. Nah guy's ini tempo/speed yang di tandai. dan ubah sesuka speed kalian?? mau cepat/atau lambat tinggal ubah saja speed yang ditandai di no. 15 ini. Ok selamat mencoba...... :)) have fun ya?

Jumat, 16 November 2012

Karinding Hampir Punah via http://bachtiarhakim.wordpress.com/2009/04/08/karinding-yang-terancam-punah/

“Berapa luas kebun bambu di Jawa Barat dan berapa orang yang memiliki karinding and celempung? Coba anda bandingkan!” Dengan gayanya yang santai, Kang Asep (44) melontarkan pertanyaan itu kepada saat saya bertandang ke rumahnya di sebuah bilangan kawasan Cigereleng, Bandung untuk mendiskusikan kelangkaan Karinding. Saya terdiam sejenak untuk mencari jawaban . Namun, tanpa diminta pertanyaan tersebut dijawab sendiri oleh pria bertubuh tambun ini dengan pengalaman mirisnya dalam mencari karinding. Dosen Sekolah Tinggi Seni Bandung (STSI) ini mengakui betapa susahnya ia mencari waditra – sebutan untuk alat musik tradisonal Sunda – berjenis getar itu. “Karinding berbahan besi sudah punah di Sumedang, sekarang yang masih ada tinggal dari bambu dan pelepah aren, itu pun susah mencarinya,” ujar pria yang tercatat sebagai dosen di Jurusan Karawitan ini. Lalu, ia beranjak dari kursi tamu untuk mengambil koleksi waditra miliknya yang tersimpan rapi di lemari. Tangannya memilah-milah lempengan-lempengan bambu yang bentuknya hampir mirip. Tak lama, Karinding buatannya telah ditemukan. Lalu, ia langsung membunyikan dengan getaran mulutnya. Hampir lima menit lamanya ia menghibur Warta Biru. Beginilah suara karinding, ” papar pria yang bersama rekannya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan penelitian selama setahun tentang Karinding pada tahun 1994. Karinding hanyalah sebagian kecil contoh waditra yang terancam punah. Pada tahun 2002, menurut data Dinas Kebudayaan Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat (Disbudpar Jabar) terdapat sebelas waditra yang dianggap terancam punah. Jumlah itu hampir sepertiga dari waditra yang terdaftar di Disbudpar. “Karinding sekarang hanya dikoleksi oleh perorangan,” ujar Taryo Sudarsono, kepala Laboratorium Karawitan STSI Bandung yang bertugas menginventarisasi waditra koleksi sivitasnya itu. Taryo menambahkan, STSI secara institusi juga tidak banyak menyimpan berbagai ragam karinding. Senada dengan Asep, ia mengeluhkan langkanya alat itu. Begitupun dengan kedua museum itu, laboratorium STSI hanya memampang waditra yang popular, seperti perangkat gamelan, seperti rebab, kendang, bonang, saron, demung, ketuk, kempyang, kempul, dan goong. Adapun alat-alat non-gamelan yang umum dipajang di antaranya: kohkol atau kentongan, angklung, calung modern, beserta alat-alat hasil kreasi dosen dan mahasiswa STSI. Meski kesulitan mencari pewarisnya, sebenarnya masih ada sumber literatur untuk mencari identitas waditra-waditra yang terancam punah tersebut. Namun, jumlahnya sedikit. Ensikopledia Sunda yang ditulis Ajip Rosadi, Kamus Karawitan Sunda karya Atik Soepandi, dan Khasanah Musik Indonesia dengan penulis Enoch . Pada media internet, waditra ini juga jarang bisa ditemukan pembahasannya. Sayangnya, menurut Asep, penjelasan tentang waditra tersebut tidak detail dalam buku-buku terbitan Indonesia. “Tidak ada penjelasan sejarah dan tokoh-tokoh yang mempopulerkannya, ” ujar lulusan S1 Jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU) ini. Asep juga heran karena pembahasan waditra yang lengkap justru ditemukan di luar negeri. Ia mencontohkan koleksi Museum Smisthsonian di Amerika Serikat. Lalu ada juga buku “The History of Musical Instrument” yang ditulis oleh peneliti berkebangsaan Jerman, Curt Such. Dalam buku itu disebutkan bahwa karinding –Jws Beat dalam bahasa Inggris- telah ada sejak zaman Neolitikum pada empat ribu tahun yang lalu. Disebabkan Tradisi Senada dengan Asep, Dodong Kodir sebagai seniman mengakui minimnya dokumentasi di Indonesia khususnya Jawa Barat disebabkan karena pewarisan budaya di tanah Sunda masih mengandalkan tradisi bertutur. Biasanya pewaris waditra juga merupakan saudara atau kerabat dekat si penutur. “ Asep sebagai konseptor pembuatan dua puluh album Seri Musik Indonesia yang dilabeli oleh Smithsonian Folkways mencontohkan waditra lisung – dikenal juga dengan istilah gondang di daerah Baduy- sebagai contoh waditra yang mulai hilang karena tradisi. Bedanya, ia lebih membahas tradisi itu dalam bentuk ritual adat. Lisung misalnya, dahulu identik dengan permainan tutunggulan. Sampai zaman kemerdekaan, permainan yang dilakukan dengan cara menumbuk lisung – batang pohon yang dilubangi untuk wadah beras yang dikeluarkan dari leuit (lumbung padi) – itu populer di hampir setiap daerah Jawa Barat. Permainan ini selalu juga dimasukkan sebagai kesenian adat maupun pertunjukkan dalam ritual seren taun dan memindahkan padi. Dari keterkaitan tersebut dapat ditarik banyak simpulan. Pertama, waditra lisung bisa berkembang karena populernya permainan tutunggulan. Permainan tutunggulan bisa berkembang akibat ritual adat masih sering dijalankan suku sunda. Artinya, bila ritual adat itu jarang digelar maka permainan tutunggulan akan jarang pula. Begitupun dengan keberadaan lisung. Selain itu, fungsi lisung dalam kehidupan social juga mempengaruhi keberadaannya sebagai waditra. Dalam istilah sosiologi, fungsi itu dapat diterjemahkan sebagai pandangan dan cara berperilaku yang umum dikerjakan masyarakat. “Sekarang lihat saja berapa banyak orang yang masih menumbuk padi di lisung, hampir semuanya sudah memakai heler (mesin penggiling padi),” ujar pria kelahiran Sumedang yang menyelesaikan sarjananya dengan skripsi berjudul Musik Ritual di Suku Karo. Fenomena ini diamini oleh Abah Encu (96), penutur waditra Tarawangsa tertua dan pemimpin orkes Sumedang Larang Tarawangsa di Kecamatan Rancakalong Sumedang. Bagi sesepuh berjanggut putih lebat ini, waditra tarawangsa tetap terjaga kelestariannya karena ada kesenian Tarawangsa. Meski dalam kesenian tarawangsa, tarawangsa dimainkan bersama alat musik lain perannya sebagai penjaga kelestarian adat Kasumedangan tetap terlaksana.